Keluargaku

Halaman ini dikhususkan berisi hal-hal yang terkait dengan keluargaku, istri dan putriku yang cantik.

Tuesday, April 11, 2006

Kiat Memuji Anak

Untuk menanamkan "self-esteem" pada anak, nasehat yang sering kita dengar/baca adalah dengan memberikan banyak pujian pada anak. Menurut kebanyakan pakar di bidang Child-Development dengan pujian anak akan merasa puas pada dirinya sendiri yang menjadikannya lebih percaya diri, memiliki motivasi yang tinggi dan membantunya mencapai sukses. Namun, menurut para ahli banyak orang tua yang menggunakan sanjungan secara berlebihan. Hal ini bukannya malah meningkatkan kepercayaan diri anak tetapi sebaliknya menjadikan anak tidak percaya pada kemampuannya dan mengurangi motivasi anak untuk maju. Masalah sebenarnya bukanlah pada pujian itu sendiri tetapi pada penggunaan dan penempatan pujian tersebut.

Ada 3 bentuk kesalahan yang sering dilakukan orangtua dalam memuji anaknya:

1. Memberi pujian yang terlalu berlebihan, contohnya mengatakan "Oh, Masya Allah , gambar kamu bagus sekali. Umi ngga' pernah melihat gambar sebagus ini!" (sewaktu anak menunjukkan gambarnya) Atau mengatakan,"Umi yakin pasti kamu anak yang paling pintar di kelas(sewaktu anak bisa menyelesaikan homeworknya). Pujian yang berlebihan seperti diatas mempunyai pengaruh buruk bagi anak yang berusia lebih dari 4 tahun. ereka sudah tidak bisa dibohongi lagi. Mereka bisa melihat bahwa uminya tidak jujur dalam berkata. Ini disebabkan karena mereka bisa mengukur kemampuannya sendiri dibandingkan dengan teman-temannya. Mereka pun sudah bisa menyadari kelebihan orang lain dibandingkan dirinya. Pujian seperti diatas bisa mengurangi kepercayaan diri anak dan menghilangkan rasa percayanya pada orangtua. Anak akan menyadari ketidakjujuran orangtuanya dan akan beranggapan bahwa apapun yang dikatakan orangtuanya adalah hal yang muluk-muluk.
Selain itu, sebagai ibu yang seharusnya mengenalkan anak dengan aqidah Islam tentu saja hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yaitu yang berkenaan dengan masalah white lies. Bagaimana kita bisa mengharapkan anak akan mengikuti ajaran tersebut sedang kita sendiri tidak melaksanakannya? Untuk itu berilah pujian yang pantas yang sesuai dengan apa yang telah dicapai atau dilakukan oleh anak. Pujian hendaklah benar-benar tulus dan tidak dibuat-buat.

2. Memberi pujian terlalu sering,
Kadangkala orangtua selalu memuji anaknya dalam segala hal, dari yang kecil sampai besar. Hingga hal yang tidak patut dipuji pun anak diberi pujian, misalnya ketika mereka mengalami kegagalan. Disini bukan pujian yang harus diberikan tetapi motivasi. Motivasi ini hendaknya membuat anak sadar akan kegagalannya dan mendorongnya untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik sehingga Insya Allah kegagalan yang sama tidak terulang lagi.
Jika anak dipuji terus-menerus dengan apapun yang mereka lakukan, mereka bisa kesulitan untuk meng-appreciate pujian "murni" yang memang sepantasnya diberikan pada mereka. Juga, pujian basi-basi ini bisa membuat anak kehilangan motivasi untuk mencapai hasil yang terbaik.
Pujian yang terlalu sering dan tidak pada tempatnya membuat anak malas untuk mencoba hal-hal yang baru. Anak bisa merasa ia hanya mempunyai kemampuan pada suatu bidang karena ia selalu dipuji dalam hal tersebut. Misalnya anak yang selalu dipuji dalam kegiatan menggambar tidak mau mencoba untuk belajar karate (yang belum pernah ia pelajari) karena takut tidak dipuji lagi. Mereka menganggap bahwa hanya dengan meggambarlah mereka bisa mendapat pujian. Jadi pujian yang berlebihan ini bisa menimbulkan rasa pesimis dan pasif pada diri anak.

3. Menghiraukan hukuman
Contohnya disini misalnya orangtua yang tidak memberikan hukuman pada anak yang memukul adiknya. Namun, ketika anak tidak memukul adiknya orangtua malah memberikan pujian. Banyak hal yang menyebabkan tindakan agresi pada anak. Misalnya karena marah atau minta perhatian. Jika anak memukul adiknya karena minta perhatian, memberikan pujian saat anak tidak memukul adiknya bisa efektif. Sehingga mudah-mudahan tindakan agresinya bisa berhenti. Namun kalau pemukulan bukan karena minta perhatian orangtua, pemberian pujian pada anak pada saat ia tidak memukul adiknya tidak akan efektif. Akibatnya anak akan tetap memukul adiknya. Orangtua tidak boleh hanya memperhatikan hal yang baik tetapi menghiraukan hal buruk yang dilakukan anaknya.Sebaiknya orangtua harus konsisten dengan peraturan. Misalnya setiap kali anak memukul adiknya atau sebaliknya mereka harus di time-out . Research membuktikan bahwa semakin jelas dan konsisten peraturan dari orangtua, semakin tinggi rasa percaya diri anak.

Jadi bagaimana cara untuk menghindari "Bad Praise"?

1. Jangan berusaha terlalu keras untuk membuat anak selalu merasa senang.
Untuk sukses seorang anak harus bisa menghadapi tantangan dan mengatasi rasa sedih atau frustasi. Fokuskan usaha untuk membantu anak mencapai hasil yang terbaik yang bisa dicapainya. Menurut Rex Forehand, pengarang "Parenting the Strong-Willed Child", pujian yang ampuh adalah yang tidak hanya mengandung persetujuan tapi juga yang menjelaskan atau menerangkan pada anak bahwa apa yang dilakukannya benar. Jika orangtua memuji anaknya dengan mengatakan,"project kamu paling bagus", atau "kamu paling pinter gambar", seolah-olah orangtualah yang berhak menentukan bagus atau tidak bagus, pintar atau tidak, dan sebagainya. Akibatnya untuk menilai hasil usahanya sendiri anak tergantung pada orang lain. Anak akan mengukur kesuksesan dari kacamata oranglain dan bukan dari diri mereka sendiri. Pada saat mereka besar nanti masalah yang mungkin timbul misalnya tidak percaya diri atau tidak punya keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah benar atau baik.

2. Bentuk yang paling baik dari pujian adalah yang mengandung encouragement atau dorongan. Karena dorongan lebih mengarah pada penghargaan usaha anak tanpa menilainya. Anak akan merasa bahwa usahanya sudah dihargai walaupun hasilnya mungkin tidak terlalu memuaskan. Ini akan mendorong anak untuk melakukan sesuatu dengan baik karena kemauannya sendiri. Hal inilah yang bisa meningkatkan self-esteem anak

3. Pujilah anak dengan mendiskripsikan hal yang dilakukannya secara tulus tanpa menggunakan kata-kata yang berlebihan.Misalnya ketika anak membereskan mainannya sesudah bermain pujilah anak dengan kata-kata," Hari ini kamu meletakkan mainanmu pada tempatnya. Itu adalah hal yang baik.". Jangan hanya mengatakan,"Pinter deh kamu!"(tanpa menjelaskan apa yang telah dilakukan sang anak dengan benar). Sekali lagi, lebih diskriptiflah dalam memberikan pujian. Kalimat yang diskriptif bisa membuat anak untuk menyadari apa yang telah dicapainya dan memacu mereka untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik.

Sumber: Do you Praise Your Child Too Much? Ann E Laforge

0 Comments:

Post a Comment

<< Home